UB Forest Kembangkan Perdagangan Karbon dan Pelestarian Pohon Langka
- calendar_month Sel, 23 Sep 2025

Kepala UPT Pengelola Kawasan Hutan UB, Dr. Mochammad Roviq
Peweimalang.com, Kabupaten Malang – Universitas Brawijaya (UB) melalui pengelolaan UB Forest memperkenalkan inisiatif perdagangan karbon sekaligus memperluas gerakan pelestarian pohon langka. Program tersebut disampaikan dalam forum Bincang Santai (BONSAI) bertema Inovasi Pengelolaan Hutan Pendidikan untuk Bumi yang Lestari, Selasa (23/7/2025) di UB Forest, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Kepala UPT Pengelola Kawasan Hutan UB, Dr. Mochammad Roviq, menegaskan bahwa strategi UB Forest fokus pada dua hal yaitu pemanfaatan hasil hutan dan perlindungan ekosistem.
“Pemanfaatan diwujudkan melalui produk non-kayu dan jasa lingkungan, sedangkan perlindungan dilakukan bersama masyarakat agar keberlanjutan bisa terjamin,” jelasnya.
Roviq menuturkan, konsep agroforestry diterapkan dengan melibatkan warga sekitar untuk menanam kopi maupun tanaman serbaguna seperti alpukat di lahan hutan terbuka. UB Forest juga aktif menggelar pelatihan inventarisasi flora-fauna serta membuka ruang riset ekologi bagi kalangan akademik maupun masyarakat luas.
Kinerja tersebut mendapat pengakuan nasional. Tepatnya saat upacara kemerdekaan Indonesia pada tahun 2025, UB Forest dianugerahi penghargaan Teladan Wana Lestari dari Kementerian Kehutanan sebagai bentuk apresiasi atas praktik pengelolaan hutan pendidikan yang berkelanjutan.
Koordinator Bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan UB Forest, Rifqi Rahmat Hidayatullah, menyampaikan bahwa saat ini UB tengah mendaftarkan program perdagangan karbon ke dalam Sistem Registri Nasional (SRN) yang dikelola pemerintah.
“Dengan verifikasi SRN, serapan karbon dari UB Forest dapat tercatat resmi dan diperjualbelikan. Ini adalah kontribusi nyata UB dalam mitigasi krisis iklim sekaligus memberi nilai tambah bagi hutan pendidikan,” ungkapnya.
Selain perdagangan karbon, UB Forest menaruh perhatian serius pada keberadaan pohon langka. Upaya konservasi merujuk pada daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan dilakukan bersama Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI).
“Pohon langka memiliki nilai yang jauh lebih luas dari sekadar konservasi. Banyak spesies menyimpan kandungan bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan, pangan, maupun ilmu pengetahuan. Kehilangannya bisa berarti hilangnya potensi besar bagi masa depan,” kata Rifqi.
Untuk mendorong partisipasi masyarakat, UB Forest membuka skema Adopsi Pohon Langka dan Adopsi Area Pohon Langka. Melalui program tersebut, individu maupun lembaga dapat memilih mengadopsi satu pohon tertentu atau mengelola area minimal satu hektare.
“Adopsi ini bukan hanya melestarikan pohon, tetapi juga investasi ekologis jangka panjang yang mendukung ketahanan pangan serta keberlanjutan generasi berikutnya,” tambahnya.
- Penulis: Redaksi
- Editor: PWI Malang Raya
Saat ini belum ada komentar