Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Peristiwa » Polemik Rencana Pembangunan Jalan Tembus Griya Shanta-Candi Panggung, Ini Penjelasan Akademisi UB

Polemik Rencana Pembangunan Jalan Tembus Griya Shanta-Candi Panggung, Ini Penjelasan Akademisi UB

  • calendar_month 17 jam yang lalu

Peweimalang.com, Kota Malang – Polemik rencana pembangunan jalan tembus Griya Shanta-Candi Panggung, Kelurahan Mojolangu Kecamatan Lowokwaru, menjadi perhatian publik.

Selain Pengamat Sosial Politik MCC Inspirasi Safril Marfadi, warga dan Ojek Online (Ojol) berkomentar tentang rencana pembangunan jalan tembus tersebut.

Bahkan, Akademisi Universitas Brawijaya (UB) Prof. Mangku Purnomo juga ikut angkat bicara atas adanya rencana pembangunan jalan tembus yang dinilai dapat mengurai kemacetan di Jalan Candi Panggung.

“Saya menilai pembangunan jalan-jalan tembus di Kota Malang merupakan kebutuhan mendesak. Termasuk jalan tembus yang akan dibangun di wilayah RW 12 Kelurahan Mojolangu, Perumahan Griya Shanta,” ucapnya, saat dikonfirmasi awak media, Senin (27/10/2025).

Menurut Prof. Mangku, pembangunan jalan tembus itu dinilai sebuah keharusan untuk mendorong konektivitas antar kawasan dan memperkuat mobilitas warga. Apalagi sebagai kota besar, Kota Malang tidak bisa menunda penguatan infrastruktur transportasi.

Salah satunya dengan membuka akses penghubung antar kawasan perumahan seperti di wilayah Candi Panggung hingga Griya Shanta. Dimana dalam hal ini, rencananya jalan tembus akan dibangun melintas antara RW 12 dak RW 9 Kelurahan Mojolangu.

“Kalau Malang mau jadi kota maju, maka konektivitasnya harus dibuka. Mobilitas orang jadi lebih mudah, ekonomi juga tumbuh. Jalan tembus itu bukan sekadar proyek, tapi kebutuhan kota besar,” jelasnya.

Prof. Mangku mencontohkan, jalur yang menghubungkan Jalan Candi Panggung, Simpang Candi Panggung, hingga kawasan Vinolia kini sudah mulai dibuka. Nantinya, jalan tersebut akan tembus hingga ke sisi belakang Perumahan Griya Shanta.

“Kalau akses itu dibuka, bisa mengurangi beban lalu lintas di jalur utama seperti Suhat dan Dinoyo. Bahkan idealnya nanti bisa terkoneksi sampai ke Polinema. Ini bentuk perencanaan kota yang visioner,” terangnya.

Meski demikian, Prof. Mangku juga menekankan pentingnya dialog antara pemerintah, pengembang, dan warga. Sebab, pembukaan jalan tembus sering kali menimbulkan pro-kontra, terutama dari warga perumahan yang khawatir lingkungannya terganggu.

“Masalahnya sering di situ. Ada perumahan yang tidak ingin jalannya dilalui orang luar. Padahal mereka juga melewati jalan umum di perumahan lain. Kalau semua ditutup, ya nggak mungkin. Harus ada kesepahaman bersama,” ujarnya.

Dari sisi ekonomi, Prof. Mangku menilai justru pembangunan jalan tembus membawa keuntungan besar bagi warga sekitar. Nilai properti meningkat, dan akses menuju kawasan komersial jadi lebih terbuka.

“Kalau saya pribadi malah senang kalau rumah saya dilewati jalan umum. Artinya nilai tanah naik, usaha juga lebih hidup. Ini bukan kerugian, tapi peluang ekonomi,” tambahnya.

Prof. Mangku menegaskan, pembangunan jalan penghubung harus dipandang sebagai bagian dari strategi menjadikan Malang sebagai kota metropolitan. Karena itu, kebijakan infrastruktur tak boleh terhambat oleh kepentingan lokal semata.

“Pembangunan jalan tembus itu kebutuhan kota. Tapi tetap harus dibarengi dialog dengan masyarakat agar semua pihak merasa diuntungkan,” pungkasnya.

  • Penulis: Toski
  • Editor: PWI Malang Raya

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

expand_less