Peringati Hari Santri, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Gelar Lomba Ngliwet Santri
- calendar_month Rab, 22 Okt 2025

Peweimalang.com, Kota Malang –
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang menggelar lomba masak bapak-bapak dengan nama Ngliwet Santri sebagai peringatan hari Santri Nasional pada Rabu (22/10/2025).
Ketua Panitia Dies Maulidiyah UIN Maliki Malang, Dr. Siti Mahmudah, M. Si menjelaskan bahwa peringatan hari santri ini masuk ke dalam agenda Dies Maulidiyah UIN Maliki Malang. Ia menyebutkan bahwa lomba-lomba ini digelar untuk memeriahkan hari santri nasional.
“Hari Santri adalah rangkaian dari Dies Maulidiyah kegiatannya banyak sekali termasuk lomba di hari santri ini, mulai dari olahraga hingga memasak,” jelas Dr. Siti Mahmudah.
Menurutnya, pemilihan lomba memasak atau liwetan ini adalah salah satu tradisi santri dan santriwati di pondok pesantren. Lomba memasak ini juga memiliki animo yang tinggi dari civitas akademika UIN Maliki Malang.
“Lomba memasak baru kali ini digelar di UIN Maliki Malang yang pelakunya bapak-bapak dan banyak sekali yang ikut lomba,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa perlombaan memiliki keterbatasan waktu dan mempertimbangkan dengan menjadikan satu Satuan Kerja (satker) menjadi satu kelompok.
“Jadi 18 satker di UIN Maliki Malang ikut dan satu kelompok terdiri satu orang,” tambahnya.
Dr. Siti menerangkan bahwa alasan dipilihnya bapak-bapak civitas UIN Maliki Malang adalah latar belakang mereka juga ada yang beberapa santri. Santri juga memiliki kebiasaan baik santriwan dan santriwati.
“Karena latar belakang santri dulu masak, jadi kami ambil yang bapak-bapak saja, kalau ibu-ibu kan sudah biasa. Kita lihat memang bapak-bapak punya passion untuk memasak,” terang Dr. Siti.
Sementara itu, Penanggung jawab lomba memasak UIN Maliki Malang Hilda Halida mengatakan bahwa lomba memasak ini dikhususkan untuk memasak nasi goreng. Menurutnya, menu nasi goreng ini memiliki ciri kekhasan dari seseorang masing-masing.
“Kita menentukan menunya nasi goreng. Meskipun bumbunya sama, tapi kan setiap orang cara mengolahnya berbeda dan menghasilkan rasa yang berbeda juga,” ujarnya.
Hilda menilai bahwa lomba ini juga menjadi ajang untuk kerjasama antar satker dan timnya. Ia mengatakan bahwa selama ini satker bekerja sama dalam bidang pekerjaan, kini diubah bentuk kerja sama dalam perlombaan.
“Dari lomba ini kan bisa saling tahu, saling mengenal satu sama lain. Penilaiannya juga berdasarkan rasa, kebersihan, dan kerjasama,” tutupnya.
Lain hal, Dr. Siti juga menanggapi kasus yang terjadi pada tayangan salah satu media Nasional Trans 7 belakangan ini. Ia menyayangkan bahwa semestinya penayangan tersebut harus mengetahui maknanya terlebih dulu.
“Ibaratnya kita memandang sesuatu tetapi belum mengetahui hal tersebut. Jadi yang dilihat sesaat itu yang dikomentari, padahal kalau orang sudah tahu tidak mungkin tayangannya seperti itu,” tegasnya.
Menurutnya, pondok pesantren tidak pernah berorientasi untuk kepentingan pribadi. Sehingga apa yang didapatkan untuk kepentingan Pondok Pesantren.
“Salah satunya melalui lomba ini, kita mengenalkan bahwa di pesantren itu selain belajar keilmuan, belajar tentang akhlak tetapi juga belajar tentang kehidupan,” tandasnya.
- Penulis: Agung Budi Prasetyo
- Editor: Redaksi
- Sumber: Liputan


















Saat ini belum ada komentar