Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Pendidikan » Mahasiswa UB Ciptakan Soil Sensing Kit untuk Bantu Pengoptimalan Pemupukan

Mahasiswa UB Ciptakan Soil Sensing Kit untuk Bantu Pengoptimalan Pemupukan

  • calendar_month Jum, 8 Agu 2025

Peweimalang.com, Kota Malang- Mahasiswa Program Studi Teknologi Universitas Brawijaya (UB), Pandu Aji Wicaksono, berhasil mengembangkan inovasi alat Soil Sensing Kit. Alat ini dirancang guna mengukur kandungan Soil Organic Matter atau kandungan C organik.

Pandu mengungkapkan bahwa teknologi ini bertujuan untuk pertanian presisi atau precision agriculture. Dimana, saat ini para petani terkadang melakukan proses pemupukan dengan asal-asalan tanpa mengetahui kadar nitrogen yang dibutuhkan pada tanaman.

“Selama ini petani menaburkan pupuk secara asal tanpa memperhitungkan kadar nitrogen, fosfor, kalium dan C Organik,” jelas Pandu, Jumat (8/8/2025).

Menurutnya, kadar kimia yang berlebih dapat merusak tanaman. Ia menambahkan bahwa kebanyakan tanah saat ini sudah banyak yang tercemar.

“Misal kalau kelebihan nitrogen daun padi cepat menguning sehingga jika cepat menguning maka cepat gugur,” ucapnya.

Mahasiswa UB Ciptakan Soil Sensing Kit untuk Bantu Pengoptimalan Pemupukan

Soil Sensing Kit. (Agung Budi)

Tanah di Indonesia juga beragam jenisnya, sehingga alat ini membantu dengan cara mengambil sampel tanah sebanyak 10 mili, yang nantinya akan terdeteksi dengan alat Soil Sensing Kit.

“Jika membeli sebuah lahan dan tidak mengetahui kadar C organik, nitrogen, fosfor dan kaliumnya.Nah itu bisa menggunakan alat ini agar lebih presisi,” ujar Pandu.

Mengenai produksi massal masih belum diketahui, Pandu menyebut bahwa projek ini bekerja sama dengan PT. Pupuk Indonesia Holding. Ia menambahkan bahwa Desember nanti rencananya membuat sebanyak 30 unit yang akan diuji coba terlebih dahulu.

“Nah ini akan diuji coba, kemudian disebarkan ke petani PT. Pupuk Indonesia itu sendiri. Nanti kalau dipatenkan akan dikomersialkan mungkin tahun depan,” katanya.

Rencananya alat ini akan dijual dengan low price daripada alat yang sejenis dari berbagai negara seperti Swedia. Kemungkinan akan dijual seharga 3-5 juta rupiah

“Kami ambil contoh alat deteksi dari Swedia yang dibanderol 5 M dan hanya disewakan oleh perusahaannya bukan milik pribadi,” tutup mahasiswa UB berprestasi itu.

  • Penulis: Agung Budi
  • Editor: PWI Malang Raya

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

expand_less