Minim Kontak Fisik, Cabor Catur Justru Bikin Tim Medis Sibuk di Porprov Jatim 2025
- calendar_month Sab, 5 Jul 2025

Tim kesehatan yang siaga di venue cabor catur. (Dafa)
Peweimalang.com, Kota Batu- Meski dikenal sebagai olahraga minim kontak fisik, cabang olahraga (cabor) catur yang dipertandingkan di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur 2025 ternyata tetap membutuhkan perhatian serius dari tim medis. Laga-laga catur yang digelar di Graha Pancasila, Kota Batu, justru membuat tim kesehatan sibuk menangani berbagai keluhan dari para atlet.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Batu, dr. Yuni Astuti, menjelaskan bahwa tim medis tetap siaga penuh selama pertandingan berlangsung. Ia menyebutkan, meski risiko cedera di cabor seperti catur dan bridge tergolong rendah, pihaknya tetap menugaskan tim medis di seluruh venue pertandingan.
“Kota Batu baru pertama kali menjadi tuan rumah Porprov. Alhamdulillah, sejak awal kami sudah menugaskan tim medis di 17 venue, baik olahraga berisiko tinggi maupun yang minim risiko seperti catur dan bridge,” ujarnya.
Tim medis bertugas melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum laga dimulai serta memberikan layanan medis saat pertandingan jika ada atlet yang mengalami gangguan kesehatan.
“Selama pertandingan catur berlangsung, ada banyak keluhan dari atlet seperti pusing, mual, hipertensi, nyeri perut, bahkan kemarin ada yang sempat pingsan,” jelas dr. Yuni.
Ia menambahkan, dalam sehari rata-rata ada sekitar 10 atlet yang memerlukan pelayanan medis. Berbagai keluhan tersebut disebabkan oleh kondisi fisik yang menurun maupun tekanan mental selama bertanding.
Mengantisipasi hal tersebut, tim medis telah menyiapkan berbagai perlengkapan kesehatan dasar secara lengkap.
“Kami sudah siapkan alat kesehatan dan obat-obatan dasar secara lengkap, termasuk obat hipertensi, obat pusing, obat perut, oksigen, infus, hingga penanganan syok anafilaktik,” terangnya.
Beberapa kasus cukup memerlukan penanganan intensif, seperti dua atlet yang harus mendapat infus karena mengeluhkan nyeri perut. Bahkan, ada pula atlet yang sempat pingsan akibat kekalahan yang dialami. Beruntung, kondisi tersebut tidak berlangsung lama.
“Salah satu atlet yang membutuhkan infus itu memang sudah sakit sejak sebelum bertanding. Saat bertanding tidak terasa, mungkin karena terlalu banyak berpikir jadi kambuh lagi setelah pertandingan,” imbuhnya.
Melihat tingginya permintaan layanan medis, dr. Yuni mengaku sempat lumayan kaget. Ia menilai, cabor catur yang semula diprediksi tak akan banyak membutuhkan penanganan medis, justru menjadi salah satu cabor yang paling sibuk bagi tim medis.
- Penulis: Dafa
- Editor: PWI Malang Raya
- Sumber: Liputan
Saat ini belum ada komentar