Jembatan Sonokembang Ambrol, DPUPRPKP Gunakan BTT Sekitar Rp1 Miliar untuk Perbaikan Total
- calendar_month Sab, 11 Okt 2025

Jembatan Sonokembang yang ambrol pada Kamis (10/10/2025) akibat derasnya aliran sungai akibat hujan deras
Peweimalang.com, Kota Malang – Jembatan Sonokembang, Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang ambrol pada Kamis (10/10/2025) sore usai hujan deras mengguyur kawasan tersebut. Pondasi jembatan tersebut memang sudah retak dan pada akhirnya ambrol akibat derasnya aliran sungai.
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat menegaskan bahwa jembatan Sonokembang harus dilakukan pembongkaran pondasi yang rusak agar aliran air tidak tersumbat dan menimbulkan kerusakan yang lebih parah lagi.
“Intensitas hujan sangat tinggi dan berlangsung cukup lama, ditambah tumpukan sampah yang menjadi sedimen menyumbat aliran air,” ujar Wahyu saat peninjauan langsung ke jembatan Sonokembang, Sabtu (11/10/2025).
Menurutnya, jembatan Sonokembang yang ambrol ini termasuk bangunan baru yang dibangun tahun 1998 untuk pelebaran jembatan. Namun, beban kendaraan dengan tonase berlebih yang kerap melintas memperlemah struktur jembatan hingga akhirnya ambrol saat terkena derasnya hujan dan aliran sungai.
“Kelihatannya antara pondasi lama dan pondasi baru tidak nyambung. Apalagi banyak kendaraan melebihi tonase yang melintas, akhirnya pondasi barunya tidak kuat,” jelasnya.
Wahyu meminta kepada Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang untuk melakukan pembongkaran terhadap pondasi yang ambrol. Langkah ini diambil agar aliran sungai tetap lancar jika terjadi hujan deras lagi di kawasan tersebut.
“Hari ini pondasi yang ambrol dibongkar dulu agar aliran tidak terhambat. Jika tidak, justru malah membebani jembatan yang masih berdiri” terang Wahyu.
Ia juga meminta agar DPUPRKP Kota Malang segera melakukan kajian teknis dan menghitung kemungkinan pembangunan ulang jembatan dalam waktu dua bulan kedepan.
Pemerintah Kota Malang berencana menggunakan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) untuk pembiayaan darurat tersebut.
“Kalau waktu pelaksanaannya memungkinkan kita menggunakan BTT. Tapi kalau tidak cukup nanti kita buat skenario lain, misalnya menopang sementara dan melanjutkan konstruksi di tahun 2026,” kata pria yang akrab disapa Pak Mbois itu.
Sebelumnya, proyek perbaikan jembatan Sonokembang memang sudah dianggarkan pada tahun 2026 dengan nilai sekitar Rp. 1 miliar, namun karena kerusakan saat ini pemerintah mempercepat penanganannya.
Wahyu juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak melintasi terlebih dahulu jembatan Sonokembang karena berpotensi membahayakan.
Lebih lanjut, Wahyu mengatakan Pemkot Malang berencana memperketat pengawasan kendaraan berat yang melintasi jalan-jalan kota pada malam hari.
“Saya lihat banyak orang yang nekat lewat padahal sudah diberi rambu. Saya juga meminta Kadishub berkoordinasi dengan Provinsi agar dibuat rambu dan pengaturan tonase kendaraan supaya kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala DPUPRPKP Kota Malang, Dandung Djulharjanto mengatakan bahwa hasil pemeriksaan teknis menunjukkan kondisi jembatan sudah sangat membahayakan. Beberapa pondasi di bagian selatan tidak lagi memiliki penopang kuat dan kini hanya bertumpu pada struktur tanah.
“Struktur sisi selatan memang bisa dibilang ngawang. Di bawah jembatan ada tiga girder dan semuanya sudah melengkung. Bahkan, sisi timur mulai retak,” jelas Dandung.
Dandung menambahkan, pembersihan reruntuhan di aliran sungai harus dilakukan hati-hati, karena getaran alat berat beresiko memperparah kerusakan.
“Kalau ada getaran sedikit besar saja, jembatan bisa roboh total. Karena itu kami laporkan Pak Wali agar dilakukan pembongkaran jembatan secara total,” imbuhnya.
Dandung menargetkan perbaikan jembatan Sonokembang bisa rampung di pertengahan Desember 2025. Menurutnya, target tersebut bertujuan agar akses warga sekitar minimal dengan kendaraan roda empat dengan kapasitas terbatas.
“Kalau memungkinkan, pertengahan Desember sudah bisa dilintasi meski terbatas. Kami akan buat jembatan baru sekaligus pelebaran jembatan untuk pejalan kaki,” tegasnya.
Namun, bila waktu tidak cukup, proyek akan dilanjutkan di tahun 2026 dengan pengalihan arus lalu lintas selama momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Kami maksimalkan di dua bulan terakhir ini agar durasi penutupan tidak lama. Kalau semua disetujui oleh Pak Wali, kami langsung eksekusi,” pungkasnya.
- Penulis: Agung
- Editor: PWI Malang Raya


















Saat ini belum ada komentar