Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Ekonomi » Dusun Toyomerto Kembangkan Energi Biogas dari Limbah Sapi, Warga jadi Lebih Hemat dan Aman

Dusun Toyomerto Kembangkan Energi Biogas dari Limbah Sapi, Warga jadi Lebih Hemat dan Aman

  • calendar_month Sab, 11 Okt 2025

Peweimalang.com, Kota Batu- Dusun Toyomerto di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu, menjadi contoh sukses penerapan energi terbarukan melalui program biogas yang memanfaatkan limbah sapi. Inovasi ini tidak hanya menekan ketergantungan warga terhadap LPG, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mendukung terciptanya desa mandiri energi.

Dusun yang terletak di lereng Gunung Panderman ini dikenal sebagai salah satu penghasil susu murni di Kota Batu. Berdasarkan data resmi pemerintah desa, jumlah penduduk Dusun Toyomerto mencapai sekitar 1.135 jiwa, dengan populasi sapi perah lebih dari 1.500 ekor. Jumlah ternak yang besar inilah yang kemudian menjadi sumber utama bahan baku biogas.

Program biogas di Toyomerto telah berjalan sejak tahun 2001, berawal dari inisiatif Kementerian Lingkungan Hidup. Hingga kini, terdapat tujuh titik penampungan biogas yang masing-masing melayani sekitar 10 hingga 13 kepala keluarga.

“Program biogas ini dimulai pada tahun 2001 dari Kementerian Lingkungan Hidup. Sejak saat itu, kami terus mengembangkannya hingga sekarang sudah ada tujuh titik penampungan,” ujar Kepala Dusun Toyomerto, Ahmad Dani.

Energi Biogas

Hasil api yang berasal dari energi terbarukan Biogas. (Foto: Dafa)

Menurutnya, biogas Toyomerto memiliki banyak manfaat. Selain menjadi sumber energi ramah lingkungan, keberadaannya juga membantu mengurangi limbah kotoran ternak, menekan biaya rumah tangga, dan menurunkan emisi gas rumah kaca serta bau tak sedap dari kotoran sapi.

“Limbah hasil pengolahan biogas lebih baik dijadikan pupuk kompos dibanding kotoran yang langsung diambil dari kandang. Selain itu, biogas juga lebih aman daripada LPG karena tekanannya lebih rendah, sehingga risiko ledakan lebih kecil,” jelasnya.

Namun, tantangan masih ada, salah satunya adalah penurunan tekanan gas saat pagi hari ketika semua warga menggunakan biogas secara bersamaan, yang menyebabkan api kompor tidak maksimal. Oleh karena itu beberapa warga juga membangun biogas mandiri yang digunakan untuk satu rumah.

“Ketika pagi hari semua rumah dalam satu titik memakai biogas bersamaan, tekanannya menurun sehingga api tidak maksimal. Karena itu, warga tetap menyiapkan tabung LPG sebagai cadangan, terutama saat tekanan biogas melemah,” ungkapnya.

Biogas Dusun Toyomerto

Salah satu biogas mandiri yang dimiliki salah satu warga Dusun Toyomerto. (Foto: Dafa)

Selain kendala teknis, keterbatasan lahan juga menjadi hambatan utama pengembangan biogas di Toyomerto. Untuk membangun satu titik penampungan biogas yang bisa digunakan bersama, dibutuhkan lahan sekitar 3 x 5 meter.

“Kami memiliki keterbatasan lahan. Begitu area digunakan untuk biogas, lahan itu tidak bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lain,” tuturnya.

Dani berharap pemerintah dapat memberikan dukungan agar program biogas di Toyomerto terus berkembang. Bentuk dukungan bisa berupa bantuan pembangunan instalasi biogas mandiri atau penyediaan lahan bagi warga yang belum memiliki akses terhadap fasilitas biogas yang ada.

“Kami berharap ada bantuan dan pendampingan agar seluruh warga bisa menikmati manfaat energi ini,” pungkasnya.

  • Penulis: Dafa Wahyu Pratama
  • Editor: Redaksi

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

expand_less