Produksi Penggilingan Padi di Kota Malang Menurun, Dispangtan Pastikan Pasokan Normal Kembali saat Panen
- calendar_month Kam, 18 Sep 2025

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang Slamet Husnan. (Foto: Agung)
Peweimalang.com, Malang Kota – Aktivitas penggilingan padi di Kota Malang mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini dipicu oleh menipisnya stok gabah usai berakhirnya masa panen raya pada Agustus lalu.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan menjelaskan bahwa situasi ini merupakan siklus tahunan yang biasa terjadi. Ia memastikan pasokan gabah kembali meningkat pada musim panen dimulai November atau Desember 2025 mendatang.
“Stok gabah saat ini memang menurun karena masa panen raya telah usai. Saat masa panen dimulai, pasokan akan kembali meningkat,” Kata Slamet, Kamis (18/9/2025).
Terkait kenaikan harga jual gabah saat ini, Harga Eceran Tertinggi (HET) mencapai Rp. 6.500 per kilogram. Slamet menegaskan bahwa situasi ini menjadi kabar baik bagi petani. Menurutnya, harga diatas HET merupakan bentuk apresiasi terhadap kerja keras petani selama masa tanam hingga panen.
“Tidak masalah jika dijual diatas HET, itu keuntungan bagi petani,” tambahnya.
Slamet menambahkan bahwa kualitas gabah di Kota Malang yang dinilai baik menjadi salah satu faktor pendorong tingginya harga. Bahkan, harga jualnya mencapai Rp. 7.000 hingga Rp. 7.200 per kilogram.
“Dengan nilai tersebut, petani merasa jerih payah selama 100 hari terbayarkan,” ucapnya.
Menanggapi isu yang menyebutkan kenaikan harga gabah akibat monopoli Bulog. Slamet membantah keras, ia menegaskan harga yang terbentuk murni mengikuti mekanisme pasar, bukan permainan pihak tertentu.
“Pemerintah justru ingin petani semakin sejahtera. Harga gabah yang tinggi adalah bukti bahwa usaha mereka mendapat imbal hasil yang layak,” tegasnya.
Dispangtan Kota Malang menargetkan produksi gabah pada musim panen akhir Desember 2025 mencapai 15.000 ton. Namun, jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan Kota Malang yang mencapai 40.000-45.000 ton per tahun.
“Karena memang Kota Malang bukan kota produsen ya, sehingga perlu kerjasama antar daerah. Ya beruntung ketersediaan beras ini kan tercover Bulog,” pungkasnya.
- Penulis: Agung Budi
- Editor: Redaksi PWI Malang Raya
Saat ini belum ada komentar