Menapak Jejak Wayang Topeng Menak, Warisan Kisah Amir Hamzah di Kota Malang
- calendar_month Ming, 10 Agu 2025

Wayang Topeng Menak, menggabungkan tari topeng malangan dengan cerita Amir Hamzah. (Dafa)
Peweimalang.com, Kota Malang – Wayang topeng menak, yang mengadaptasi kisah dari hikayat Amir Hamzah -paman Nabi Muhammad SAW- kembali dipentaskan oleh Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama Kota Malang. Pertunjukan tersebut digelar pada Sabtu (10/8/2025) di Pesantren Budaya Karanggenting, Merjosari, Kota Malang.
Ketua Lesbumi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Jadul Maula, menjelaskan kisah menak ini ditarik hingga era kelahiran Amir Hamzah pada masa Kerajaan Madayun. Menurutnya, adaptasi kisah tersebut melahirkan peradaban, pengetahuan, dan edukasi yang membuat masyarakat lebih kosmopolitan.
“Para ulama dulu membangun strategi kebudayaan untuk memberikan wawasan luas kepada masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan, Serat Menak pada masa lalu dibawakan dalam bentuk wayang golek. Namun di Kota Malang, muncul inovasi dengan memadukannya bersama pertunjukan topeng panji.
Sementara itu, Dwi Cahyono Sejarawan Kota Malang mengatakan pertunjukan topeng menak di Kota Malang terakhir ditampilkan pada tahun 1960an. Ia menambahkan wayang topeng menak membutuhkan perhatian khusus agar pertunjukan ini tetap lestari.
“Dalam kondisi sekarang saya istilahkan ikhtiar yang darurat. Ibarat kapal kalau tidak segera ditindak lanjuti karena kondisinya SOS, wayang topeng menak akan tenggelam,” ujarnya.
Menurutnya apapun kesenian yang ada di Malang raya harus didukung bersama. Seperti halnya pertunjukan burak bawana menak yang merupakan bentuk keprihatinan dan bentuk ekspresi terhadap khasanah budaya Malang.
Dosen Universitas Negeri Malang ini juga membuat gerakan “topeng malang menolak punah” untuk melestarikan kesenian topeng malang termasuk wayang topeng menak.
“Topeng menak Malang mulai hadir, kita belum mendapatkan catatan yang akurat. Tapi paling tidak sudah hadir pada 1900an awal, pada masa kolonial,” ungkapnya.
Kemudian berlanjut pada masa penjajahan jepang, dan jejaknya masih bisa dinikmati hingga saat ini. Meneruskan informasi dari Maestro Mbah Karimun dari Glagahdowo, Dwi Cahyono bercerita kalau pertunjukan topeng pernah menjadi populer di masa penjajahan jepang.
Menurutnya tidak mudah untuk melakukan penelisikan wayang topeng malang karena sistem kesenian yang didalamnya terdapat banyak komponen dan bukan merupakan pertunjukan oleh seniman tunggal tetapi sendratari yang melibatkan banyak pihak.
“Pertunjukan wayang topeng menak bukan sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan. Lakonnya memuat kisah-kisah penting dengan latar era kenabian, dan tokoh utamanya adalah Amir Hamzah, atau di Jawa dikenal sebagai Wong Agung Menak atau Jaya Ini Rana,” tuturnya.
Ia berharap wayang topeng menak dapat dihadirkan di pondok pesantren, sekolah madrasah, dan lingkungan muslim di Malang. Dengan demikian, kesenian topeng Malang akan semakin lengkap, tidak hanya menampilkan lakon Panji atau Purwa Mahabharata Ramayana, tetapi juga kisah-kisah dari serat menak.
- Penulis: Dafa Pratama
- Editor: Pewei Malang Raya
Saat ini belum ada komentar