Ketekunan Kusmiati di Dunia Fermentasi Berbuah Inovasi Jamu Probiotik
- calendar_month Ming, 3 Agu 2025

Jamu Probiotik hasil olahan Kusmiati. (Foto: Dafa)
Peweimalang.com, Kota Batu – Ketekunan Kusmiati dalam mendalami fermentasi eco enzym membuka jalan baginya untuk mengembangkan inovasi berbasis kesehatan. Warga Kelurahan Dadaprejo, Kota Batu itu berkesempatan belajar langsung proses pembuatan classic enzym dan jamu probiotik dari seorang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang ahli di bidang fermentasi.
Ditemui di kediamannya, Kusmiati menceritakan bahwa minatnya terhadap fermentasi berawal dari keikutsertaannya dalam kelas eco enzym saat pandemi Covid-19. Dari kelas itulah, ia kemudian diajak mendalami classic enzym dan jamu probiotik.
“Awalnya ikut kelas eco enzym, lalu diajak belajar classic enzym dan jamu probiotik. Di kelas itu hanya ada 20 orang, bahkan ada peserta dari Malaysia,” jelas Kusmiati.
Classic enzym sendiri merupakan hasil fermentasi buah-buahan yang dicampur dengan madu dan air. Meski melalui proses fermentasi, minuman ini tetap halal dikonsumsi dan diyakini memiliki banyak manfaat bagi tubuh.
Dalam pelatihan tersebut, Kusmiati juga mendapat ilmu tentang fermentasi probiotik berbahan dasar tempe, susu yoghurt, dan roti. Karena ketertarikannya terhadap jamu, ia kemudian disarankan membuat minuman probiotik dalam bentuk jamu.
“Aku biasanya bikin jamu sendiri, nggak pernah beli. Ternyata membuat jamu itu ada pedoman dan takarannya sendiri. Materinya saya dapat dari pelatihan itu,” ujarnya.
Setelah memahami materi tersebut, Kusmiati menyadari bahwa banyak tanaman di kebun rumahnya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar jamu probiotik. Ia menyebut beberapa di antaranya seperti bayam brazil, empon-empon, kunyit, dan berbagai tanaman herbal lainnya.
Selain itu, Kusmiati juga memperoleh wawasan penting terkait pengolahan rempah-rempah. Ia mengungkapkan bahwa bahan jamu tidak seharusnya diparut karena justru dapat memicu endapan racun.
“Kalau diparut, curcumanya hilang dan bisa menjadi racun. Itu sebabnya kedokteran menyebut konsumsi jamu berlebihan bisa menyebabkan gangguan ginjal,” terangnya.
Keunikan dari jamu probiotik buatannya terletak pada tambahan classic enzym yang telah difermentasi selama dua tahun. Namun, hingga saat ini Kusmiati belum memasarkan produknya secara luas. Kendala utama yang dihadapi adalah proses perizinan yang dinilai cukup rumit.
Produk olahannya sejauh ini hanya dikonsumsi oleh kerabat dekat yang telah mempercayai kualitasnya. Selain itu, Kusmiati juga membuka diri untuk berbagi ilmu kepada siapa saja yang ingin belajar meracik jamu probiotik secara mandiri.
“Saya memang bukan berniat jualan. Kalau ada yang pesan baru saya buat, supaya lebih segar. Tapi kalau ada yang ingin belajar bikin jamu, saya siap berbagi ilmu. Lebih baik kalau bisa bikin sendiri,” imbuhnya.
Menurut Kusmiati, jamu probiotik mampu menjadi booster bagi tubuh karena mengandung bakteri baik yang berfungsi melawan bakteri jahat dalam tubuh. Selain menjaga daya tahan tubuh, jamu probiotik juga dapat membantu mencegah berbagai penyakit.
- Penulis: Dafa Wahyu Pratama
- Editor: PWI Malang Raya
Saat ini belum ada komentar