Terlibat Jaringan Narkoba Internasional, Dewi Astuti Warga Ponorogo Diburu BNN
- calendar_month Minggu, 1 Jun 2025

Ilustrasi narkoba akan merusak generasi muda dan masa depan generasi yang akan datang. (Ist)
Peweimalang.com, Jakarta – Badan Narkotika Nasional (BNN) kini tengah memburu seorang wanita asal Jawa Timur (Jatim) yang bernama Dewi Astuti, yang diduga sebagai pengendali utama jaringan narkotika internasional. Sebelumnya, tim gabungan dari BNN, Ditjen Bea dan Cukai, bersama TNI Angkatan Laut (AL) menggagalkan upaya penyelundupan narkotika jenis sabu seberat 2 ton di perairan Laut Karimun, Kepulauan Riau (Kepri).
Sedangkan Dewi, juga dikenal dengan nama alias Dinda, yang terlibat dalam sejumlah kasus besar penyelundupan narkotika telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Sementara, kasus terbaru yang menyeret nama Dewi atersebut adalah penggagalan penyelundupan 2 ton sabu di perairan Karimun, Kepulauan Riau, pada awal Mei 2025 lalu.
Dalam operasi gabungan BNN dan aparat penegak hukum lainnya, enam tersangka berhasil ditangkap, termasuk dua warga negara asing asal negara Thailand. Namun, Dewi Astuti sendiri belum tertangkap dan diduga melarikan diri ke negara Kamboja.
Dari berita yang sudah dilansir dibeberapa media online, Dewi Astutik juga terlibat dalam penyelundupan heroin seberat 2,67 kilogram (kg) melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pada Oktober 2024 silam. Dan dia diketahui merekrut kurir dari Indonesia dengan modus tawaran kerja ke luar negeri. Para korban yang direkrut dengan iming-imingi pekerjaan bergaji tinggi, namun sebenarnya dijadikan alat penyelundup narkotika.
Kepala BNN Republik Indonesia (RI) Komjen Pol Marthinus Hukom, saat diwawancarai di salah satu stasiun televisi nasional pada beberapa hari lalu mengatakan, ada dua nama besar yang muncul dalam dunia sindikasi narkoba dan telah menjadi buronan, yakni Fredy Pratama dan Dewi Astutik.
Sedangkan Dewi bukan hanya mastermind atau dalang dalam kasus penyelundupan 2 ton narkoba jenis sabu itu saja. Namun, ada dua orang rekrutan Dewi yang terbang dari Kamboja ke Medan. Dan saat ini, Indonesia sedang berhadapan dengan sindikat besar internasional yang dikendalikan Dewi Astutik.
“Ada kurang lebih 110 orang Indonesia ditangkap di luar negeri, diantaranya ditangkap di Ada di Brazil, Addis Ababa, India, Kamboja, Thailand, dan Korea. Ketika kita tangkap, mereka mengaku bagian dari Dewi Astuti,” ungkapnya.
Marthinus menjelaskan, Dewi Astutik adalah pimpinan dari jaringan ini. Namun, dia meyakini Dewi bukanlah pimpinan tertinggi. Sebab, dari hasil analisa, Dewi terhubung dengan jaringan sindikat Afrika yang beroperasi di wilayah Thailand dan semenanjung Malaya. Sehingga dengan adanya sindikat narkotika tersbeut, maka mereka kini masuk ke daftar Red Notice Interpol, dan kita harapkan aparat internasional juga dapat membantu penangkapannya.
Sementara, Dewi Astutik adalah contoh nyata bahwa jaringan narkotika tidak mengenal batas negara maupun gender. Jaringan ini sangat terorganisir dan licik dalam merekrut kurir.
Sedangkan kasus ini, lanjut Marthinus, menjadi peringatan serius akan ancaman nyata narkotika, terutama bagi generasi muda. Untuk itu, kami menghimbau masyarakat untuk waspada terhadap tawaran kerja ke luar negeri yang tidak jelas dan mencurigakan. Sehingga edukasi dan pengawasan menjadi kunci utama untuk melindungi keluarga dari bahaya narkotika.
“Waspadai segala bentuk tawaran mencurigakan, terutama dari pihak yang tidak dikenal. Dan jika ragu laporkan ke pihak berwenang atau BNN melalui saluran resmi,” pintahnya.
Perlu diketahui, pihak Kepolisian menyebut Fredy Pratama sebagai pimpinan sindikat narkoba Asia Tenggara yang memasok narkoba hingga setengah ton per bulan ke Indonesia. Dan pihak kepolisian juga menyebut bahwa Fredy sebagai “Escobar Indonesia”, setelah menghitung laporan transaksi hingga 51 triliun.(*).
- Penulis: Ilustrasi
Saat ini belum ada komentar