Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Pendidikan » Budaya » Kisah Panji Mangu, Cerita Cinta yang Dekat dengan Anak Muda

Kisah Panji Mangu, Cerita Cinta yang Dekat dengan Anak Muda

  • calendar_month Sen, 14 Jul 2025

Peweimalang.com, Kota Malang – Pertunjukan tari topeng bertajuk ‘Panji Mangu’ sukses digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur. Bertempat di Taman Krida Budaya, Kota Malang, Minggu (13/7/2025).

Dengan pendekatan yang segar dan relevan, pertunjukan ini dikemas sesuai selera generasi muda. Baik dari sisi gerak tari, aransemen musik, tata panggung, hingga gaya bahasa bahasa.

Meski tampil lebih kekinian, pertunjukan topeng Panji Mangu tetap menjaga keaslian cerita dari naskah Panji. Alhasil, ratusan penonton generasi muda tampak antusias mengikuti pertunjukan hingga akhir.

Kurator pertunjukan, Lilik Subari menjelaskan, Panji Mangu menampilkan kisah cinta Panji Asmorobangun yang diliputi keraguan, antara tetap memperjuangkan Dewi Sekartaji yang menghilang, atau membuka hati untuk Nawangresmi, putri dari Kerajaan Ngurawan.

Dikisahkan, Panji Asmorobangun dilanda kebingungan setelah kekasihnya, Dewi Sekartaji, tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Dengan semangat dan tekad, Panji memutuskan meninggalkan kehidupannya dan memulai perjalanan untuk mencari cinta sejatinya.

Saat menyamar di Kerajaan Ngurawan, Panji terus berusaha menemukan Sekartaji, melewati berbagai tantangan dan ujian yang menguji kesetiaannya.

Di tengah perjalanan, ia bertemu Nawangresmi, seorang putri yang mengingatkannya pada Sekartaji. Hati Panji pun mulai bimbang antara cinta dan keraguan.

Namun, Nawangresmi sadar bahwa hati Panji belum sepenuhnya lepas dari masa lalunya.
Merasa kecewa, ia memilih pergi meninggalkan istana Ngurawan. Panji pun terjebak dalam keraguan: haruskah mengejar cinta yang hilang atau bertahan dengan kenyataan baru yang tak pasti?

“Mangu itu kan ragu. Jadi, cerita ini menggambarkan keraguan Panji dalam menentukan arah percintaannya antara Sekartaji dan Nawangresmi,” ujar Lilik Subari, yang juga merupakan dosen di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW).

Lilik menambahkan, para penari dan pengrawit yang tampil berasal dari berbagai sanggar seni di Malang Raya dan telah menjalani proses latihan intensif selama dua bulan.

Ia juga menyampaikan kekagumannya atas antusiasme penonton yang memenuhi arena pertunjukan.

Menurutnya, pertunjukan seni bukan hanya ajang berekspresi, tetapi juga menjadi bentuk laku spiritual bagi para pelaku seni itu sendiri.

Kepala Disbudpar Jatim, Evy Afianasari, memberikan apresiasi tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat. Ia menilai, pertunjukan Topeng Panji Mangu ini menjadi bukti kolaborasi yang baik antara seniman dan akademisi.

“STKW mengkurasi dan mengemas pertunjukan ini dengan rapi. Peran akademisi sangat penting, karena bisa membagikan ilmu yang belum didapatkan di sanggar,” jelasnya.

Hal senada disampaikan Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), Suroso. Menurutnya, kehadiran akademisi dari STKW membawa peningkatan signifikan dalam kualitas pertunjukan.

“Kalau sebelumnya hanya sebatas pentas, kini naik kelas. Dengan bimbingan STKW, peningkatannya bisa dibilang 200 persen,” ungkapnya. (*)

  • Penulis: Dafa Pratama
  • Editor: PWI Malang Raya
  • Sumber: Wawancara

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

expand_less