Rektor UIN Malang Serukan Gerakan Optimalisasi Wakaf Kemandirian Institusi Pendidikan
- calendar_month Sen, 20 Okt 2025

Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Hj Ilfi Nur Diana. (Humas UIN?
Peweimalang.com, Kota Malang – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Prof Dr Hj Ilfi Nur Diana, MSi, menyerukan gerakan optimalisasi wakaf sebagai pilar pokok pendanaan perguruan tinggi. Hal ini disampaikan dalam forum Wakaf Goes to Campus (WGTC) XV, yang digelar di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (UB) Malang, pada Senin, 20 Oktober 2025.
Sedangkan dalam acara tersebut, hal ini merupakan edisi ke-15 dari WGTC ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk 50 mahasiswa delegasi dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu juga turut hadir dalam forum strategis tersebut Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat, Asisten III Gubernur Jawa Timur (Jatim) Bidang Administrasi Umum, dan Wali Kota Malang, dan Rektor UIN Malang yang didampingi oleh Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Lembaga.

Pendatanganan MoU antar Lembaga Badan Wakaf, usai acara forum Wakaf Goes to Campus (WGTC) XV, yang digelar di Gedung Samantha Krida UB Malang. (Humas UIN)
Dalam sambutannya Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Hj Ilfi Nur Diana, Senin (20/10), saat kegiatan forum Wakaf Goes to Campus (WGTC) XV menegaskan melalui pemaparan visi besar pemanfaatan wakaf untuk kemandirian institusi pendidikan. Sehingga wakaf diharapkan dapat menjadi pilar pokok pendanaan kampus, yang pada akhirnya dapat mewujudkan cita-cita menggratiskan biaya pendidikan bagi mahasiswa. “Kami sangat berharap wakaf bisa menjadi pilar pokok pendanaan kampus, sehingga bisa menggratiskan biaya pendidikan,” paparnya.
Namun, dirinya telah menyadari bahwa visi ini adalah sebuah gerakan jangka panjang. Tetapi dirinya optimis bahwa kegiatan WGTC ke-15 ini dapat menjadi tonggak awal untuk bergerak lebih maju. Contihnya, dua universitas Islam tertua dan terbesar di dunia yang telah sukses membuktikan model pendanaan berbasis wakaf, yakni Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, dan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko, yang menjadi contoh nyata bagaimana universitas mampu mendanai seluruh biaya pendidikannya murni dari dana wakaf yang produktif.
Meski demikian, kata Ilfi, BWI Pusat mengidentifikasi tiga tantangan utama. Pertama, terkait regulasi pengembangan wakaf. Kedua, kompetensi nadzir (pengelola wakaf) yang belum optimal. Ketiga, yang paling krusial adalah masalah literasi di masyarakat. Tantangan literasi ini sejalan dengan data yang menyebutkan bahwa wakaf untuk pendidikan masih harus digalakkan, tidak seperti wakaf untuk masjid atau pesantren yang sudah mapan. “Di sinilah peran kampus menjadi sangat vital. BWI memandang kampus memiliki potensi besar sebagai insan yang berpikiran maju dan melek teknologi,” tegasnya.
Sehingga, masih dia katakan, untuk bisa mencontoh dua universitas tersebut, maka harus ada kerja sama antar kampus agar dapat mengoptimalkan gerakan Indonesia Berwakaf. Secara data, potensi wakaf nasional mencapai angka Rp 180 triliun, dengan potensi wakaf dari ekosistem kampus sendiri diperkirakan mencapai Rp 5,7 triliun. Untuk itu, harus ada dukungan gerakan wakaf produktif, dan saat ini juga datang dukungan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.
Hal yang sama, juga disampaikan Asisten III Gubernur Jatim Bidang Administrasi Umum Dr Akhmad Jazuli, SH, MSi juga, bahwa model-model wakaf yang dapat dikembangkan oleh masyarakat dan institusi, yakni wakaf produktif adalah model pengelolaan dana wakaf untuk lebih memberdayakan dana umat tanpa menghabiskan dana pokoknya.
“Model dana abadi (endowment fund) inilah yang menjadi fokus utama dalam konteks pendanaan universitas, hal ini sejalan dengan visi yang disampaikan Rektor UIN Maulan Malik Ibrahim Malang,” tuturnya.(*).
- Penulis: Redaksi
- Editor: PWI Malang Raya

















Saat ini belum ada komentar