Kisah Amirudin Arief, Home Brewer asal Kota Batu yang akan Berlomba di Jepang
- calendar_month Jum, 15 Agu 2025

Amirudin Arief, menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menyeduh kopi. (Dafa)
Peweimalang.com, Kota Batu- Amirudin Arief, home brewer asal Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, menorehkan prestasi membanggakan setelah meraih Juara I HARIO V60 Brewers Cup 2025 di BSD, Tangerang. Kompetisi yang berlangsung pada 29 Juli hingga 1 Agustus 2025 itu digelar oleh Otten Coffee dan diikuti para brewer terbaik dari berbagai daerah di Indonesia.
Kemenangan tersebut juga mengantarkan Amir untuk mewakili Indonesia di ajang internasional yang akan berlangsung di Jepang pada September mendatang.
“Event ini diikuti brewers dari berbagai daerah dengan penilaian berdasarkan skor di setiap babak,” ujar Amir saat ditemui, Jumat (15/8/2025).
Berangkat atas nama pribadi, alumnus SMKN 1 Singosari ini harus melewati babak penyisihan selama dua hari kemudian melaju ke semifinal dan final. Menurutnya kunci keberhasilan terletak pada konsistensi berlatih mencari resep terbaik dan menjaga kualitas seduhan.
Konsistensi dan kegigihan Amir dibangun dari pengalaman, termasuk kekalahan di sejumlah kompetisi. Salah satunya pada IAC 2023, ia meraih posisi kedua di final nasional dan membuatnya gagal mewakili Indonesia berlomba di Melbourne, Australia.
“Bagi saya, kekalahan justru jadi pelajaran berharga. Itu yang memotivasi saya untuk terus berkembang,” ujarnya.
Dari pengalaman itu Amir belajar pentingnya menghargai setiap proses dan menjalin dukungan antarsesama brewer maupun barista tanpa memandang posisi atau pencapaian masing masing.
Di Jepang nanti, Amir akan bersaing dengan peserta dari berbagai negara seperti China Malaysia Arab Saudi Inggris Australia Kanada Korea Thailand Jepang dan Taiwan.
Di balik prestasinya, Amir menyimpan kisah panjang. Ia mulai terjun ke dunia kopi pada 2016, saat melihat potensi kebun kopi tersembunyi di lereng Gunung Banyak, Dusun Songgoriti, yang dikelilingi pohon pinus. Sebagai warga lokal, ia prihatin karena kopi hanya dijadikan tanaman tumpang sari dan dijual murah ke tengkulak.
“Tidak mudah mengajak petani, apalagi kopi bukan sumber utama penghasilan mereka,” terangnya.
Demi mengubah pola pikir petani, Amir berani membeli kopi green bean dengan harga Rp60 ribu per kilogram, jauh di atas harga tengkulak yang hanya Rp20-30 ribu. Syaratnya, petani harus merawat kopi mereka dengan baik. Untuk itu, Amir bahkan menjual sepeda motornya demi modal membeli kopi dari petani.
Langkah tersebut membuahkan hasil. Petani mulai mau bekerja sama, dan Amir pun mengembangkan potensi kopi Songgoriti, tak hanya dari sisi penjualan, tetapi juga wisata edukasi. Ia kemudian memproduksi kopi dengan merek Macan Jawara, terinspirasi dari citra negatif Gang Macan di Songgoriti yang ingin ia ubah menjadi positif.
Hingga kini, Macan Jawara masih diproduksi secara by order. Perjalanan dari hulu ke hilir membuat Amir memahami kompleksitas industri kopi.
“Saya berharap di SCAJ Japan nanti bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia dan menjadi juara dunia,” pungkasnya.
- Penulis: Dafa
- Editor: PWI Malang Raya
Saat ini belum ada komentar